Sejarah Danau Toba

    Danau Toba terbentuk akibat letusan gunung berapi sekitar 74.000 tahun lalu. Setelah letusan tersebut, kaldera tertutup bebatuan beku dan terisi air hingga terbentuk danau. Kini, danau itu dikenal sebagai danau ter- besar di Indonesia dan vulkanik terbesar di dunia.

    Namun, terbentuknya Danau Toba juga sering dikaitkan dengan sebuah cerita rakyat. Konon katanya, pada zaman dahulu ada seorang pemuda bernama Toba yang tinggal di sebuah desa di Sumatra Utara. Toba adalah seorang petani yang gemar memancing untuk melepas rasa penat setelah bekerja.

    Pada suatu hari saat hendak pergi memancing, Toba bergumam “Seandainya aku memiliki istri dan anak tentu aku tidak sendirian lagi.” Hari itu, Toba dikagetkan karena ikan hasil tangkapannya berukuran sangat besar. Toba pun bergegas pulang untuk segera memasak ikan tersebut. Sesampainya di rumah, Toba meletakkan ikan hasil tangkapannya di dalam ember besar. Ia kemudian berjalan ke dapur dan mempersiapkan peralatan untuk masak. Namun, betapa kagetnya Toba melihat ikan besar tadi tidak ada di ember, tetapi koin-koin emas yang ada di sana.

“Seandainya aku memiliki istri dan anak tentu aku tidak sendirian lagi.”

    Toba kemudian pergi ke dapur dan melihat seorang wanita cantik, ia pun bertanya, “Kamu siapa?”. Perempuan tersebut menjawab, “Aku adalah ikan yang kamu pancing tadi, koin emas itu adalah sisik-sisik yang lepas dari tu- buhku. Aku dikutuk menjadi ikan oleh seorang dukun karena menolak per- jodohan. Kini, engkau telah menyelamatkan dan mengembalikan aku men- jadi manusia, maka aku rela menjadi istrimu.”

    Wanita tersebut meminta Toba untuk bersumpah bahwa ia tidak boleh memberitahu asal-usulnya yang berasal dari seekor ikan kepada sia- papun. Jika tidak, akan terjadi bencana besar di desa itu. Toba yang sebel- umnya mendambakan seorang pendamping akhirnya setuju dan menikahi wanita tersebut. Pernikahan mereka berjalan baik-baik saja dan semakin bahagia setelah dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir. Setelah cukup besar, Samosir ditugaskan untuk mengantar makan siang kepada ayahnya di ladang.

    Hingga pada suatu hari, di tengah perjalanan ke ladang Samosir mencium masakan ibunya yang terasa lezat. Samosir pun membuka kotak makan tersebut dan mencicipi masakan ibunya yang secara tidak sadar hampir ia habiskan. Sementara, Ayahnya di ladang sudah kelaparan dan kehausan. Selesai makan, Samosir tetap melanjutkan perjalanan ke ladang. Dengan berat hati, ia memberikan kotak makan kepada ayahnya. Betapa kagetnya Toba melihat kotak makan yang kosong. “Samosir tadi lapar dan masakan ibu terlihat enak.” katanya. Toba pun marah besar dan melempar kotak makan itu sambil bekata, “Kurang ajar kau Samosir, dasar anak ikan kau ini.”

“Samosir tadi lapar dan masakan ibu terlihat enak.”

    Samosir pun menangis dan pulang menemui ibunya. Sesampainya di rumah, Samosir menceritakan apa yang dikatakan ayahnya. Mendengar hal itu, ibunya menjadi sedih dan menyuruh Samosir berlari ke sebuah bukit. Tak berapa lama hujan turun diikuti angin kencang dan petir. Air pun meluap dan menenggelamkan desa itu hingga membentuk danau yang sekarang dikenal dengan nama Danau Toba. Sementara, bukit tempat Sa- mosir berlindung disebut pulau Samosir.

Sejarah Danau Toba

    Danau Toba terbentuk akibat letusan gunung berapi sekitar 74.000 tahun lalu. Setelah letusan tersebut, kaldera tertutup bebatuan beku dan terisi air hingga terbentuk danau. Kini, danau itu dikenal sebagai danau ter- besar di Indonesia dan vulkanik terbesar di dunia.

    Namun, terbentuknya Danau Toba juga sering dikaitkan dengan sebuah cerita rakyat. Konon katanya, pada zaman dahulu ada seorang pemuda bernama Toba yang tinggal di sebuah desa di Sumatra Utara. Toba adalah seorang petani yang gemar memancing untuk melepas rasa penat setelah bekerja.

    Pada suatu hari saat hendak pergi memancing, Toba bergumam “Seandainya aku memiliki istri dan anak tentu aku tidak sendirian lagi.” Hari itu, Toba dikagetkan karena ikan hasil tangkapannya berukuran sangat besar. Toba pun bergegas pulang untuk segera memasak ikan tersebut. Sesampainya di rumah, Toba meletakkan ikan hasil tangkapannya di dalam ember besar. Ia kemudian berjalan ke dapur dan mempersiapkan peralatan untuk masak. Namun, betapa kagetnya Toba melihat ikan besar tadi tidak ada di ember, tetapi koin-koin emas yang ada di sana.

“Seandainya aku memiliki istri dan anak tentu aku tidak sendirian lagi.”

    Toba kemudian pergi ke dapur dan melihat seorang wanita cantik, ia pun bertanya, “Kamu siapa?”. Perempuan tersebut menjawab, “Aku adalah ikan yang kamu pancing tadi, koin emas itu adalah sisik-sisik yang lepas dari tu- buhku. Aku dikutuk menjadi ikan oleh seorang dukun karena menolak per- jodohan. Kini, engkau telah menyelamatkan dan mengembalikan aku men- jadi manusia, maka aku rela menjadi istrimu.”

    Wanita tersebut meminta Toba untuk bersumpah bahwa ia tidak boleh memberitahu asal-usulnya yang berasal dari seekor ikan kepada sia- papun. Jika tidak, akan terjadi bencana besar di desa itu. Toba yang sebel- umnya mendambakan seorang pendamping akhirnya setuju dan menikahi wanita tersebut. Pernikahan mereka berjalan baik-baik saja dan semakin bahagia setelah dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir. Setelah cukup besar, Samosir ditugaskan untuk mengantar makan siang kepada ayahnya di ladang.

    Hingga pada suatu hari, di tengah perjalanan ke ladang Samosir mencium masakan ibunya yang terasa lezat. Samosir pun membuka kotak makan tersebut dan mencicipi masakan ibunya yang secara tidak sadar hampir ia habiskan. Sementara, Ayahnya di ladang sudah kelaparan dan kehausan. Selesai makan, Samosir tetap melanjutkan perjalanan ke ladang. Dengan berat hati, ia memberikan kotak makan kepada ayahnya. Betapa kagetnya Toba melihat kotak makan yang kosong. “Samosir tadi lapar dan masakan ibu terlihat enak.” katanya. Toba pun marah besar dan melempar kotak makan itu sambil bekata, “Kurang ajar kau Samosir, dasar anak ikan kau ini.”

“Samosir tadi lapar dan masakan ibu terlihat enak.”

    Samosir pun menangis dan pulang menemui ibunya. Sesampainya di rumah, Samosir menceritakan apa yang dikatakan ayahnya. Mendengar hal itu, ibunya menjadi sedih dan menyuruh Samosir berlari ke sebuah bukit. Tak berapa lama hujan turun diikuti angin kencang dan petir. Air pun meluap dan menenggelamkan desa itu hingga membentuk danau yang sekarang dikenal dengan nama Danau Toba. Sementara, bukit tempat Sa- mosir berlindung disebut pulau Samosir.